Biografi Singkat Mursyid Akmaliah, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony


Rabu , 25 Juni 2025 Sosok

Biografi Singkat Mursyid Akmaliah, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony
Biografi Singkat Mursyid Akmaliah, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony

Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony merupakan mursyid (pembimbing) kamil mukamil yang membimbing salikin salikah Akmaliah menuju kepada Allah SWT. Beliau dilahirkan pada hari Jum'at pukul 15:45, tanggal 25 Sya'ban 1380 Hijriyah, bertepatan dengan 10 Februari 1961 Miladiyah di desa Jatirokeh, Brebes, Jawa Tengah. Beliau lahir dari ibunda Mutamimah dan ayahanda Suharjo Cokro. Kakek beliau dari garis ibu merupakan seorang waliyullah yang terkenal karamah dan kemadzubannya, yakni Mbah Kyai Ibrahim yang sekaligus sebagai  guru spiritual bagi Mursyid Akmaliah. Dari Mbah Kyai Ibrahim, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony banyak mempelajari ilmu-ilmu hakekat. Mbah Kyai Ibrahim sendiri semasa hidupnya banyak mengkaji kitab-kitab tasawuf yang juga dikaji oleh Mursyid Akmaliah, di antaranya; kitab Ad-durrun Nafis, kitab Hikam Ibnu Atha’illah as Sakandari, kitab Ihya' Ulumuddin; kitab Bayanullah, kitab Bahrul Lahut dan sebagainya.

Perjalanan Mursyid Akmaliah untuk mencapai puncak kema’rifahannya tidak lepas dari berbagai macam ujian dan cobaan. Setelah mengalami pergulatan panjang sebagai seorang thariqin, akhirnya saat usianya ke 17 (tahun 1978), Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony mendapatkan anugerah ma’rifah dari Allah SWT. Kemudian pada tahun 1979, beliau meminta ridha Ibundanya untuk darwis, yakni berkelana dalam tradisi sufi ke Jazirah Arab namun karena Ibundanya hanya menggelengkan kepala dan menangis yang akhirnya beliau hanya darwis ke daerah Pasundan saja.

Pernah suatu ketika, di dalam khalwatnya, beliau bertemu dengan Rasulullah SAW. Saat itu, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony dibaiat dengan tangan disilang seperti saat talqin islam sebagaimana saat para sahabat melakukan baitur ridwan oleh Rasulullah SAW di bawah pohon sebelum terjadinya Futuhatul Makkiyah. Di sekeliling beliau berkumpul para aulia dan para ‘arifin billah yang namanya masyhur di kalangan ahli tasawuf dan hakekat dan yang menulis kitab-kitab hakekat. Setelah terjadi mandat baiat, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony diberikan tasbih, namun uniknya tasbih itu bukan dari kokka Arab melainkan dari kayu cendana. Beliau tidak mau menerimanya tetapi Rasulullah SAW memaksa dan meletakkan tasbih itu di kantong bajunya. Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony mengatakan kalau tasbihnya tidak cukup untuk dikalungkan masuk ke dalam kepala dan cukuplah Allahu Ahad yang menjadi bahagianku. Rasulullah SAW kemudian menjawab, memang sekarang ini kamu belum butuh dan tidak akan butuh selamanya namun ini penting buat kamu. Pada ujung tasbih itu ada 3 titik seperti mutiara dan setelah diperhatikan, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony seperti ditarik terbawa arus lepas seperti masuk ke dimesi waktu dan ternyata merupakan masa lalu, kemudian mutiara kedua ialah masa setelah Rasulullah SAW dan masa kekinian dan yang sekarang termasuk beliau melihat murid-muridnya, Pesantren Akmaliah Salafiah hingga lepas jasadnya dari bumi ini, sedangkan mutiara yang ketiga ialah situasi yang akan datang sampai di akhir Yaumul Mahsyar yaitu Yaumul Hisab. Selain memberikan tasbih, Rasulullah SAW juga memberikan kitab kosong yang saat dibuka olehnya pun isinya kosong tidak ada apa-apa atau hafidz yang disebut Lauhul Mahfudz karena memang benar-benar kosong sehingga tidak bisa dibaca apalagi dibaca dengan mata lahiriah namun bisa dengan bashirotul qalbi. Pada saat itu, komunikasi mereka menggunakan bahasa wahyu. Saat beliau menengok ke belakang barisannya, terlihat banyak sekali anak-anak ruhaniahnya. Rasulullah SAW juga menyampaikan kepada Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony bahwa “kamu adalah agen rahasia Allah SWT”.

Puncak sanad keilmuan Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony ialah kepada Rasulullah SAW. Namun, dalam perjalanannya mencapai maqam baqa, beliau sempat belajar baik kepada guru lahiriah maupun dalam bimbingan mursyid ghaib. Secara lahiriah, beliau mendapatkan pengajaran syariat fiqih dari Syaikh Abdul Halim dan juga Kyai Suryani yang merupakan murid sekaligus menantu Mbah Kyai Ibrahim. Beliau pernah ditawari oleh Syaikh Abdul Halim ilmu yang diambilnya dari Syaikh Mu’allim Shohibi yaitu ilmu galur, jaya kusuma, sang bima sakti namun Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony menolaknya bahkan beliau sengaja bertanya kepada Syaikh Abdul Halim “apakah Al-Quran tidak lebih istimewa dari semua ilmu tersebut?” Syaikh Abdul Halim terdiam lama dan hanya berkata “kamu lebih tahu dari semua yang tahu”. Dalam hal tauhid dan hakekat, beliau mendapatkan bimbingan langsung secara ruhaniah dari Syaikh Mu’allim Shohibi, Syaikh Eyang Santri Al-Jawi (Kyai Mohammad Santri), Syaikh Sirri Ibrahim Al-Ghaib dan 3 mursyid ghaib lainnya yakni Syaikh `Arif Billah, Syaikh Wali Al-Ghuyub, Syaikh Mursyid Ridho yang ketiga nama itu sebenarnya tidak ingin dimasukkan ke dalam silsilah Thariqah Khalwatiyah Akmaliah namun karena Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony yang memintanya, mau tidak mau ketiga mursyid ghaib tersebut bersedia diletakkan di dalam silsilah Thariqah Khalwatiyah Akmaliah dan mereka-lah yang selalu berdiskusi dengan Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony.

Setelah uzlah munfarid (khalwat) terakhirnya pada tahun 1984, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony diperintahkan untuk hijrah ke daerah Cibubur dan sekitarnya. Pada saat itu beliau memutuskan dan memantapkan tekad menjadi karyawan Allah SWT dan akan terus berjuang di jalan Allah SWT melalui berbagai perjuangan di antaranya dengan mengajar dan berdakwah. Perjalanan dakwah Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony dimulai dari rumah ke rumah muridnya. Hingga akhirnya Allah SWT memberikan anugerah maqam yang tetap untuk mengajar dan menjemput anak-anak ruhaniahnya. Pada hari Rabu, 30 Dzulhijjah 1404 H (1984), beliau mendirikan Pesantren Akmaliah Salafiah di wilayah Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur dan didaftarkan secara resmi pada hari Sabtu, 15 Agustus 1987/20 Dzulhijjah 1407 H yang  dianalogikan sebagai anak imajiner yang menjadi rumah dan kampung ruhaniah bagi para salikin dan salikah Akmaliah dengan visi misi sebagai pusat kajian tauhid dan hakekat hingga ma’rifah. 

Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony membuka 4 tahapan kajian tauhid dan hakekat hingga ma’rifah, yakni kajian kitab Siyarus Salikin dan Ihya Ulumuddin yang membahas mengenai syariat batiniah dan akhlak di setiap senja Ahad, kajian kitab Hikam Ibnu Atha’illah as-Sakandari yang membahas mengenai akhlak dan tauhid di setiap Jum’at malam, kajian kitab Ad-durrun Nafis yang membahas mengenai tauhid dan hakekat di setiap Selasa malam dan kajian kitab-kitab hakekat dan ma’rifah di setiap Ahad pagi seperti kitab Bahrul Lahut, kitab Bayanullah, kitab Khatimatul Bayanullah, kitab Ma’rifatud Diin Jilid 1, 2 dan 3, kitab Fathur-rahman, kitab Bismillah Jilid 1 dan 2, kitab Ma’rifatun-nafsi, kitab Tuhfatul Mursalat.

Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony juga menulis beberapa kitab seperti kitab Ma’rifatun Nafsi jilid 1 dan 2, kitab Bismillah jilid 1 dan 2, kitab Titian Salikin, kitab Samudra Nafsiah jilid 1 sampai 4, kitab Maslakul Muttaqin, kitab Ma’rifah jilid 1 dan 2, kitab Nurul Asror, Kitab Hidayatul Anaam, Kitab Saraa Irul Ilahiyyah, kitab Tafsir Al-Fatihah, dan juga majalah Kasyaf edisi 1-17. Syarah dan hasyiyah kajian beliau juga telah dibukukan dengan judul Nasehat Untuk Anak-anakku Jilid 1: Musibah Adalah Anugerah, Nasehat Untuk Anak-anakku Jilid 2: Allah Itu Nyata, Nasehat Untuk Anak-anakku Jilid 3: Merasakan Kehadiran Allah, Perwujudan Nama dan Sifat Allah, Buku 365 Kalam Hikmah, Tausyiah Mursyid Jilid 1, Tausyiah Mursyid Jilid 2: Tauhidul Af’al. Selain piawai menulis kitab, beliau juga sangat piawai di bidang teknologi digital seperti membuat kanal youtube Zid Production mengenai kajian tauhid dan hakekat hingga ma’rifah yang diberi nama Kuliah Pendar Hikmah yang pengeditan video dan penguploadannya dilakukan oleh beliau sendiri sebagai salah satu media dakwah di era globalisasi saat ini. Bahkan beliau juga membuat profil Pesantren Akmaliah Salafiah dengan tujuan agar generasi mendatang mengetahui perjalanan Pesantren Akmaliah Salafiah dari masa ke masa.

Selain mendirikan Pesantren Akmaliah Salafiah, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony juga mendirikan Thariqah Khalwatiyah Akmaliah sebagai refleksi dari perjalanannya hingga sampai kepada Allah SWT agar bisa diamalkan oleh murid-muridnya. Kaifiat Thariqah Khalwatiyah Akmaliah telah diijazahkan kepada seluruh salikin salikah Akmaliah bahkan beliau menyatakan dengan mengenalkan dalam cerita yang sambung menyambung tentangnya maka sama saja telah mendapat izin untuk mengamalkannya terlebih nanti datang kepada Khadimul Thariqah untuk mengambil baiat-nya. Beliau juga menyampaikan apabila jasadnya sudah tidak ada di bumi maka setiap salikin yang punya kemampuan dan kapasitas sebagai guru penyambung ilmu Akmaliah boleh menjadi Khadimul Thariqah.

Thariqah Khalwatiyah Akmaliah artinya paripurna dan merupakan salah satu thariqah mu'tabarah karena memiliki sanad yang sampai kepada Rasulullah SAW dengan lafadz zikir laa ilaha illallah. Thariqah Khalwatiyah Akmaliah ini berbeda dengan thariqah-thariqah lainnya yang memisahkan antara syariat dan hakekat. Inti daripada Thariqah Khalwatiyah Akmaliah ialah kekuatan diri di dalam memandang dan meyakini bahwa semuanya itu daripada Allah SWT dan itu harus dipegang kuat sehingga tidak boleh ada sesuatu selain daripada Allah SWT. Thariqah Khalwatiyah Akmaliah dimaksudkan untuk meringankan beban dalam penundukkan nafsu dalam diri dan sekaligus pengamalan ilmu-ilmu yang telah diterima murid-muridnya tanpa melalui proses thariqah, pengamalan ilmu-ilmu dengan pengamalan syuhud dan musyahadah secara istiqamah sehingga dapat menjernihkan hati dan jiwa.

Meskipun memiliki derajat khususul khusus di sisi Allah SWT, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony tetaplah manusia biasa sebagaimana firman Allah SWT di dalam QS. Al-Kahfi ayat 110. Beliau dilahirkan dari rahim seorang ibu, memiliki istri dan anak dan akhirnya tutup usia di alam ajsam ini. Pada pukul 05.37 wib di hari Senin tanggal 19 Juli 2021/ 9 Dzulhijjah 1442 H di Jakarta, Allah SWT menjemput kekasih-Nya sehingga selesailah tugas di alam ajsam ini sebagai Habibullah Wali Al-Ghaus yang turun hanya dalam kurun waktu 100 tahun sekali.

Bagi kekasih Allah, meskipun jasadnya sudah tidak di bumi namun mereka tetap selalu hidup sebagaimana firman Allah QS. Ali ‘Imran ayat 169. Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony mengatakan akan selalu mengawasi murid-muridnya walau jasadnya sudah tidak ada di bumi dan membimbing dari dunia sampai akhirat bahkan menempatkan murid-muridnya pada tempat yang layak seperti surga yang kenikmatan dan keindahannya tak terbatas.

Sebelum Allah SWT menjemputnya, Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony memberikan pandangan Pesantren Akmaliah Salafiah di masa depan yakni Akmaliah ke depan saat beliau sudah tidak ada akan diurus oleh anak-anak ruhaniahnya. Oleh karenanya bagi yang masih ada di dunia akan melihat anak-anak ruhaniah yang mana, salikin yang mana, jamaah yang mana dan santri yang mana. Jika benar-benar menjadi anak ruhaniahnya maka akan konsisten dalam melanjutkan perjuangannya termasuk di Akmaliah dan tidak akan mengabaikan ilmu-ilmu yang telah Syaikhna Cyech Maulana Hizboel Wathony berikan karena nanti Akmaliah akan menjadi pusat kajian tauhid dan hakekat hingga ma’rifah. Tetapi apabila hanya berstatus salikin maka akan malas apalagi hanya sekedar jamaah dan santri yang pastinya tidak akan peduli pada Akmaliah. 

Gus Haqqo

Perjuangan untuk menyebarkan ilmu tauhid dan hakikat tidak berhenti meski jasad beliau sudah tidak di bumi lagi. Mursyid Akmaliah telah memberikan isyarat bahwa kelak yang akan menjadi penerus perjuangan beliau adalah putra pertamanya, Gus Haqqo Sabahtulloh sebagai Waratsatul Mursyid Akmaliah atau Pewaris Mursyid Akmaliah pada saat acara mulaqoh di Boyolali tanggal 7 Mei 2017/10 Sya'ban 1438 H. Beliau sempat menyampaikan bahwa bisa jadi Gus Haqqo Sabahtulloh akan mengalir padanya energi lahiriah dan ruhaniah termasuk ilmu Syaikhana Cyech Maulana Hizboel Wathony dan salikin salikah boleh menanyakan ilmu-ilmu tauhid dan hakekat kepada Gus Haqqo Sabahtulloh. Mursyid Akmaliah tatkala kajian Kitab Syarah Al-Hikam Syaikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari, Jum'at, 6 Oktober 2017/17 Muharam 1439H, telah memberikan amanah kepada Gus Haqqo Sabahtulloh untuk memimpin thariqah di Akmaliah pada malam-malam kajian yakni malam Rabu, malam Sabtu dan malam Minggu. Gus Haqqo Sabahtulloh mendapatkan baiat pertama sebagai Waratsatul Mursyid pada malam pertama Ramadhan tahun 2018 dan disaksikan oleh seluruh salikin salikah Akmaliah. Kemudian Gus Haqqo Sabahtulloh mendapat baiat yang terakhir kalinya saat usia 40 tahun, saat kajian Kitab Ad-Durrun Nafis pada tanggal 3 November 2020. 

Setalah mangkatnya Mursyid Akmaliah, kajian di Pesantren Akmaliah Salafiah tetap berjalan sebagaiman amanah Mursyid Akmaliah. Saat ini, Gus Haqqo Sabahtulloh telah membuka kajian kitab Samudra Nafsiah, kitab Hikam Ibnu Atha’illah as Sakandari dan kitab Ad-durrun Nafis disamping tetap mengimami thariqah di malam-malam kajian, malam 1-10 Muharam dan malam-malam Ramadhan.