RANGKUMAN KAJIAN SENJA AHAD, 10 February 2018/26 Jumadil Awal 1439H


Ahad , 11 Februari 2018 Siyarus Saalikin dan Ihya Ulumuddin


RANGKUMAN KAJIAN SENJA AHAD
Kitab Ihya 'Ulumuddin dan Siyarus Salikin 
Pesantren Akmaliah Salafiah
Sabtu, 10 February 2018/26 Jumadil Awal 1439H 
________________

 

Banyak sekali terjadi peristiwa peristiwa dimana orang itu karena afatul lisan terjerumus dan celaka. Oleh karenanya kembali intropeksi atau muhasabah ke dalam diri karena jika tidak, maka akan menjadi persoalan yang amat sangat merugi. Dalam kitab ini telah dibahas afatul lisan atau cacatnya lisan sehingga ia menjadi penghuni neraka.

Banyak orang yang merasa percaya diri karena telah shalat, puasa lalu merasa berhak atas surga padahal surga itu bukan karena amal tetapi karena rahmat Allah SWT dengan syafa’at-Nya. 

Ada seorang ulama pada zaman dulu yang mengabdi kepada Allah SWT kemudian bertanya mana surgaku? Kemudian Allah SWT menjawab, tidak karena amalmu engkau masuk surga-Ku melainkan karena rahmat-Ku. Contoh satu nikmat-Ku yang aku berikan kepadamu ialah pandangan mata. Kemudian malaikat timbang berat nikmat Allah SWT dengan amal ibadahnya kemudian ternyata lebih berat nikmat Allah SWT daripada amal ibadahnya. Oleh karenanya jangan terlalu percaya diri atas amal yang telah dilakukan sehingga merasa bisa shalat puasa zakat dan kemudian merasa berhak atas surga. 

Maqola :
Kemasiatan yang mewarisi sifat tawadhu lebih utama ketimbang orang ahli ibadah yang warisi sifat tabakur dalam dirinya. 

Maksudnya ialah banyak orang ahli ibadah yang sombong dan angkuh karena merasa telah beribadah. 

Contoh :
Ada orang yang telah berpuasa kemudian membicarakan orang orang yang tidak berpuasa sementara yang tidak beribadah tidak menuding dan mencaci maki orang yang berpuasa 

Hadis :
Ghibah itu (dosanya) lebih berat dari (dosa) zina. 

Ghibah ialah membicarakan aib kekurangan orang lain. Jihad ialah melawan hawa nafsu di dalam dirinya. Di dalam kitab Hikam Ibnu Athoillah mengatakan bahwa :
Jika tidak ada medan nafsu untuk berperang maka tidak akan ada perbedaan antara orang yang menuju kepada Allah SWT dengan yang tidak. Karena memang menuju kepada allah itu tidak ada jarak. 

Contoh :
Orang tidak bisa membedakan antara ikhlas atau tidak dalam beribadah. Jika mengatakan ikhlas itu tanda tidak ikhlas. Ikhlas itu wilayah ruhaniah. Jika tidak memahami ilmu tauhid dan hakekat maka tidak mungkin akan bisa ikhlas. 

Tiap surat di dalam Al Quran selalu membicarakan isi daripada surat itu sendiri. Sedangkan dalam QS. Al Ikhlas tidak ada kalimat ikhlas melainkan berisi mengenai tauhid. Kenapa? Karena ikhlas itu tauhid yaitu murni. Jika sudah berbicara mengenai murni maka sulit untuk dibedakan kecuali dengan rasa.
Contoh :
Ada dua gelas isi air putih maka sulit membedakan mana air yang murni dan yang sudah bercampur kecuali dirasakan

Ikhlas adalah rahasia Allah SWT yang ada dalam diri kita dan yang bisa mengukur adalah diri kita. Oleh karenanya kita harus jujur apakah ibadahnya ikhlas atau tidak. 

Kisah Sahabat Rasulullah SAW :
Saat seorang remaja datang ke masjid dan sayyidina Umar ra sedang duduk di masjid. Kemudian remaja itu shalat dengan cepat dan setelah selesai shalat ia disuruh shalat kembali oleh Sayyidina Umar ra dengan mengataan bahwa shalatnya tidak sah karena gerakan shalatnya cepat. Kemudian pemuda itu berkata shalat kedua saya pun tidak sah karena shalatku karena engkau bukan karena Allah SWT. 

Ikhlas harus mengerti tauhid. Jika tidak maka tidak akan bisa ikhlas. 

Di dalam Al Quran jelas Allah SWT menyuruh ibadah dengan ikhlas.
QS. Al Bayyinah ayat 5

‎وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Jadi orang yang tidak ikhlas tidak masuk pada catatan Allah. 

Ibadah shalat mewakili ibadah ritual dan zakat mewakili ibadah sosial (muamalah). Sementara keduanya harus dilakukan dengan ikhas. Jika tidak ikhlas maka tidak akan bisa lurus agamanya. Kalian tidak akan bisa ikhlas jika tidak memahami dan mengamalkan ilmu tauhid dan hakekat dengan benar. IKHLAS merupakan tingkatan keempat dari IMAN, ISLAM, IHSAN dan IKHLAS.

Hadis Rasulullah SAW :
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Ihsan ialah orang yang telah mengamalkan iman dan islam. Maka orang orang yang telah sampai pada ihsan ialah orang yang dalam ibadahnya seolah olah ia melihat Allah SWT. Jika tidak mampu melihat tuhanmu maka yakini bahwa Allah SWT melihat dan memperhatikanmu. 

Orang yang bisa mengingat Allah SWT dalam shalatnya ialah orang yang khusyu yaitu mesra shalatnnya yang berarti ia cinta kepada Allah SWT.

Setelah ihsan dan sadar betul dan kalian menyadari bahwa Allah SWT ada dimana saja kamu berada barulah kamu mencapai pada ikhlas. Sementara ikhlas itu murni akidah kita yaitu orang orang yang menamalkan tauhid. Bagaimana tau tentang auhid sementara tidak pernah mengkaji tauhid?

Laa ilaha illallah yang berarti tiada tuhan selain Allah SWT, apakah kalian tau tuhan itu apa dan Allah itu apa? Pantas saja jika ada yang terjebak menyembah tuhan selain Allah karena tidak mengetahui bahwa ada tuhan tuhan selain Allah. Jadi tidak akan mungkin tau tentang ikhlas jika tidak mengkaji tauhid. Jika telah bisa ikhlas maka akan mencapai pada derjat orang orang taqwa yaitu mereka yang telah mencapai derajat nafsu mutmainah sebagaimana QS. Al Fajr ayat 27-30

‎يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku

Berarti menjadi ikhlas itu yang diperintahkn oleh Allah. 

QS. Ar rum ayat 30

‎فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahu

Yaitu agama yang baik dan benar yaitu yang meluruskan hati dan jiwanya yaitu ikhlas dalam hati dan jiwanya. Orang yang ikhlas akan lurus hati dan jiwanya. Maka orang yang mengamalkan agama dengan ikhlas itulah agama yang lurus namun kebanyakan manusia tidak mengetahui tentang ikhlas karena ikhlas itu rahasia yang ada di dalam hati. Jika kalian tidak ikhlas dalam ibadahnya maka tidak akan selesai. 

Jadi yang harus dipahami dan dimengerti bahwa kita tidak boleh mendustakan diri kita sendiri, jujur dihadapan Allah SWT, mengabdi kepada Allah SWT, namun untuk menghindari kedustaan sangat sulit. Namun ada yang disebut BOHONG PUTIH. Kalian boleh mendusta (dusta putih) jika harus mengatakan dusta itu seperti 8 perkara :
1. Dengan sebab melihat orang lain berkelahi dan tidak bisa dilerai selain dengan dusta dengan maksud untuk mendamaikannya. 
_______________
Dirangkum oleh : Himmah Hizboel