Oleh : CM. Hizboel Wathony
Ahad, 21 Oktober 2018
“Santri adalah nama orang yang belajar ilmu agama Islam di pesantren sebagai murid Kyai dan istilah santri hanya ada di Indonesia. Santri identik pada orang yang taat mengamalkan ajaran agama Islam. Di Indonesia penduduknya mayoritas beragama Islam yang berarti banyak santri di mana-mana, maka sangat wajar dan layak ada momentum HARI SANTRI yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober”
Anak-anakku sekalian,
Kembali rasa syukur kita kepada Allah SWT dimana kita hidup ini ada dilingkungan santri. Lingkungan yang istimewa ialah dimana orang tua kita, saudara kita semuanya menjadi orang-orang santri. Kenapa demikian? Istilahnya yaitu “santri” yang poouler di Indonesia karena kita hidup di negara dimana negara itu ialah terbentuk dari aneka ragam suku bahkan termasuk budayanya. Namun kita tetap menjadi satu kesatuan yang disebut dengan istilah NKRI harga mati. Kita satu kesatuan dari sabang sampai merauke yang tidak bisa lepas dari satu dengan lainnya ialah bangsa indonesia yang berpenduduk mayoritas Islam. Dimana-mana akhirnya banyak kampung kampung santri, kota kota santri dan banyak lagi bahkan sekarang sudah ada istilah hari santri yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Jadi, hari santri yang diperingati 22 Oktober itu satu moment yang bagus sekali untuk dakwah. Jangan dipersoalkan tentang peringatan hari santrinya namun sebagai dakwah yang memunculkan bahwa di Indonesia banyak santrinya. Yang disebut santri disini ialah kata lain dari orang orang Islam yang benar-benar tunduk dan patuh atas apa yang diperintahkan Allah SWT dan rasul-Nya. Santri ialah dimana ia belajar agama, belajar mengaji kitab bahkan berbagai macam ilmu-ilmu mulai dari yang wajib sampai yang sunnah bahkan yang furuiyah semua dikaji. Hal ini karena keterkaitan kehidupan sosial berbangsa dan bernegara agar tetap rukun, damai, sentosa sehingga negara kita tetap menjadi Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (negeri yang subur dan makmur, adil dan aman).
Anak-anakku sekalian,
Kita yang menjadi orang Islam yang sesungguhnya tentu mendukung dengan adanya hari santri. Hari santri dimana gempita li’illahi kalimatillah atau menegakkan kalimat Allah bahwa seolah kita menyatakan bahwa kami ini orang muslim. Jika disebut orang muslim maka tentunya malu jika melakukan sesuatu yang diluar ajaran yang diatur Allah SWT dan rasul-Bya, malu keluar dari norma-norma Islam. Intinya ialah mengajarkan dan mengajak seluruh umat isalam untuk ingat bahwa dirinya umat Islam yang hidup di nusantara dimana Islam kita sesuai dengan kebudayaan kita, sesuai kondisi kita, kita orang islam yang ada di Indonesia yang berarti kita tetap ada pada wilayah dan tata cara dimana kita hidup di Indonesia dengan media negara Indonesia untuk berdakwah mengembangkan Islam dan memberitahukan tentang Islam yang harus sesuai dengan kondisi dan keadaaan negara kita yaitu negara yang berdaulatkan hukum. Berarti yang menjadi persoalan disini terkadang kita tidak mengerti tujuan para sesepuh kita yang menyuruh kita menjadi umat islam yang benar-benar berbangsa dan bernegara yang berbeda-beda suku dan budaya yang disebut juga dengan istilah NKRI harga mati atau nusantara yaitu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari sabang hingga merauke. Maka Islam di Indonesia tentu saja caranya dengan cara-cara budaya yang ada di Indonesia. Rahamatan lil alamin inilah yang dirasakan kita yang ada di Indonesia. Kemudian jangan mudah mengklaim ini salah dan itu salah. Jangan mudah apripori dengan pendapat orang terlebih dengan para ulama sesepuh kita. Mungkin istilah Islam Nusantara dimaksud ialah umat islam di idnonesia menjadi umat islam indoneisa dan jangan menjadi umat islam yang terbawa budaya eropa atau lainnya. Jadi ini hanya sebagai media yang penting ialah persatuan dan kesatuan kita. Seperti contoh NU dimana NU itu jam’iyah yang menghantarkan umatnya menjadi ahlus sunnah wal jamaah, begitu juga Muhammadiyah yang mengantarkan umatnya menjadi ahlus sunnah wal jamaah dan mereka itu bukan sekte yang memisahkan Islam. Islam diturunkan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin termasuk yang ada di Indonesia merasakannya. Namun kembali lagi tata cara dan budaya kita tidak akan bisa lepas. Yang paling sederhana ialah kika kita lihat umat islam di Indonesia memakai peci hitam, baju batik, sarung yang merupakan gaya busana Islam yang ada di nusantara. Sehingga budaya kita jangan sampai dilepas sehingga ada ciri khas Indonesia. Sedangkan orang timur tengah, busananya berbeda. Namun terkadang kita terbawa dengan budaya mereka seperti di Pakistan, gamis itu biasa digunakan sehari hari, namun di Indonesia yang memakai gamis seolah olah islami sekali. Seperti Allah SWT menyuruh menutup aurat itu tidak membawa-bawa budaya. Yang penting ialah menurup aurat. Mari kita menjadi orang-orang yang benar-benar santri yaitu orang yang patuh dan tunduk kepada Allah SWT atas bimbingan kyainya. Santri santri di indonesia ada yang memakai saurng, koko, batik, peci itulah santri atau orang islam yang ada di nusantara. Jangan kemudian langsung aprioiri atas nama Islam Nusantara, tidak harus seperti itu. Harus dikaji lebih dulu yang benar seperti apa. Yang penting kita tetap berpegang teguh pada tali-tali Allah SWT. Bersatu padu pada tali-tali Allah SWT dan jangan bercerai berai. Jadilah ruhama bainahum yaitu saling kasih mengasihi dan jangan saling membenci diantara kita.