KULTUM PENDAR HIKMAH

MENGISTIRAHATKAN JIWA

Oleh : CM. Hizboel Wathony
Jumat, 01 Juni 2018 / 16 Ramadhan 1439 Hijriyah

“Istirahatkan jiwamu dari rasa takutmu tentang berkurangnya rezeki, istirahatkan jiwamu dari segala macam angan-angan tentang masa depan yang suram. Percayalah bahwa Allah telah menyediakan untukmu fasilitas kehidupan di dunia yaitu rezeki dan lain sebagainya. Tugasmu ialah mengabbdi pada Allah dan berikhtiar untuk menjemput fasilitas yang telah disediakan Allah seperti rezeki dan lain-lainnya”.

Anak-anakkku semuanya,
kembai lagi kita bersyukur kepada Allah SWT di bulan Ramadhan ini masih diberi kesempatan lagi oleh Allah SWT untuk melaksanakan ibadah dibulan Ramadhan, mencukukpkannya, mengais berlimpahnya pahala dan keberkahan dari Allah SWT.

Anak-anakku semuanya,
Istirahatkan jiwa, hati dan pikiran kita dari segala macam kerisauan tentang urusan-urusan yang seharusnya tidak kita pikirkan karena urusan kita telah dicukupkan oleh Allah SWT, telah dijamin Allah SWT. Yang wajib bagi kita ialah mengabdi kepada Allah SWT, menyembah Allah SWT, memenuhi perintah-perintah Allah SWT. Kalau kita sibuk terus dengan ruusan yang sebenarnya sudah dijamin oleh Allah SWT, sebut saja rizki dimana Allah SWT sudah menjamin rizki hamba-hamba-Nya, rizki semua mahluk, Allah itu zat yang adil yang Rahman dan Rahim. Tidak mungkin menzholimi hamba-hamba-Nya, tidak mungkin Allah SWT tidak bertanggung jawab terhadap hamba-hamba-Nya dimana hamba-hamba-Nya diturunkan di muka bumi ini sekaligus diberikan fasilitasnya. Fasilitasnya bertebaran di muka bumi ini sampai Allah SWT menyatakan “ambil makan dan minunmlah apa yang ada di muka numi ini” itu sebagai rizki dari Allah SWT untuk kita, untuk hamba-hamba-Nya. 

Bahkan ada dalam ayat lain yang menyatakan berapa banyak binatang-binatang yang sampai tidak kuat menanggung rizkinya. Jadi, kita harus istirahatkan jiwa dan pikiran kita dari kerisauan dan ketakutan masa mendatang. Jangan sampai membelenggu diri kita yang akhirnya kita kendor dan runtuh dalam pengabdian kepada Allah SWT. Jadikanlah pengabdikan kita kepada Allah SWT sebagai kekuatan yang utama. Jika kita memikirkan/merisaukan urusan duniawiyah kita akan menjadi fasikh mengabdi kepada Allah SWT. Percayalah bahwa itu semua sudah diselesaikan oleh Allah SWT. Namun jangan sampai kita salah paham bahwa kendatipun semua sudah diselesaikan oleh Allah SWT atas fasiltas hamba-hamba-Nya namun bukan berarti hamba itu peiuk dengkul menunggu kedatangan rizki dari Allah SWT. Bukan semacam itu, tetap ada usaha dan ikhtiar untuk menjemputnya karena kita mendapatkan rizki dari Allah SWT butuh dijemput, diais. Jika sudah tau semacam itu kemudian sibuk memikirkan untuk menjemputnya terus menerus itu namanya mendramatisir. Mengalirlah. Waktunya menjemput ya menjemput, waktunya usaha ya usaha, waktunya ikhtiar ya ikhtiar, namun jangan lupa waktunya ibadah. Sebagaimana orang tua dulu menjelaskan bahwa “silahkan kerja untuk bekal ibadah”. Orang tua sekarang berbeda bahwa bekerja untuk menabung masa depan bukan untuk bekal ibadah. Ini saja sudah erosi iman, bergeser iman. Cari dunia untuk bekal ibadah bukan untuk kepentingan masa depan urusan dunia. Dunia adalah fasilitas dari Allah SWT yang sudah dijamin. Kendaptipun harus dijemput dan diambil namun bukan berarti harus didramatisir dan diletakkan dihati kita hingga kita terpesona bahkan kita mencintai dunia melebihi segala-galanya hingga mengalahkan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Anak-anakku semuanya,
Istirahatkan dari segala macam pikiran itu namun jangan istirahat dari usaha dan ikhtiar.