KULTUM PENDAR HIKMAH

HAMBA HAWALAH

Oleh : CM. Hizboel Wathony
Selasa, 29 Mei 2018 / 13 Ramadhan 1439 Hijriyah

“Pada hakikatnya, seorang hamba itu adalah HAWALAH yakni yang tidak tidak punya daya dan upaya apapun, karena semua daya dan upaya itu hakikatnya dari Allah, termasuk tidak punya daya untuk keluar dari berbagai persoalan hidup atau upaya untuk meraih sesuatu yang dicita. Itulah hakikat manusia alias hamba Allah dalam wujud seperti aktor yang menjadi pemeran alur suatu cerita”. 

Anak-anakku sekalian,
Bacaaan-bacaan yang harus kita lihat ialah sifat-sifat yang tidak terasa ada pada diri manusia ialah merasa bisa, merasa mampu, merasa kuasa. Salah satu tanda-tanda orang yang menjadikan amal perbuatannya itu sebagai sandaran utanma bahwa itu adalah dipastikan berhasil mencapai sesuatu, itu salah karena kekuatan utama ialah ada pada Allah SWT. Siapapun yang merasa bhawa dengan teori strategi amal perbuatan atau sebuah perjuangan itu akan menentukan hasil maka akan terjadi putus asa seolah-olah tidak punya tuhan pada saat yang diacapai itu tidak berhasil, yang diharapkan tidak kunjung tiba. Coba kita lihat orang yang berhasil di dalam menggapai sesuatu dengan dikuasai dasar kuasa diri/ mampu diri bahwa kekuatan diri ah yang utama maka akan memunculkan kesombongan, keangkuhan. Tidak ubahnya iblis laknatullah yang merasa diri paling teristimewa/ terbaik yang menyatakan pada saat dihadapkan Nabi Adam As berkata : “Aku lebih baik daripadanya”. Begitu juga Qorun yang jelas-jelas dia mengharapkan dan meminta doa Nabi Musa As dan berjanji jika sukses maka sebagian hartanya untuk berjuang di hadapan Allah SWT. Namun saat ditagih justru Qorun menyatakan “Ini semua adalah hasil karyaku dan kepiawaian ilmu dagangku” bukan disandarkan kepada Allah SWT. Inilah yang menjadi persoalan kebanyakan orang-orang terutama di jaman modern ini banyak yang merasa  bisa, mampu melakukan apa saja padahal semua itu dari Allah SWT dan kita ini adalah hamba yang sebenarnya hawalah yaitu mahluk yang tidak punya daya dan upaya karena yang mempunyai daya dan upaya hanya Allah SWT. Kita bagaikan wayang/aktor yang disutradarai Allah SWT dan tidak punya kekuatan apapun. Jika merasa mempunyai kekuatan maka hancurlah diri kita karena pasti kecewa, merana, tersiksa saat tidak mendapatkan sesuatu yang kita mau. 

Anak-anakku semuanya,
Hati-hatilah dengan penyakit yang menjalar seperti itu yang ada di dalam diri manusia. Ambillah contoh seperti Nabi Sualiman as, dia sukses dan berhasil bahkan berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan memindahkan singgasananya. Namun apa yang diucapkannya?  “ini adalah keutamaan dari Tuhanku yang menjadi ujian bagiku” yang beratrti harus disyukuri bahwa itu adalah nikmat dan anugerah dari Allah SWT bukan atas dasar teori/strategi/kekuatan/perjuangan. Memang kita berjuang dan ada teori/strategi namun harus dikembalikan semuanya kepada Allah SWT bahwa semua kekuatan dari Allah SWT. Toh pikiran, akal, ilmu semua dari Allah SWT bukan dari yang lainnya. Jika tidak mengingat seperti itu maka akan menjadi rusak akidahnya.