KULTUM PENDAR HIKMAH

BERLIMPAH REZEKI

Oleh : CM. Hizboel Wathony
Ahad, 10 Februari 2019 / 4 Jumadits Tsani 1440 Hijriyah

“Allah melimpahkan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki dan Allah akan memberikan sesuai dengan kebutuhan hamba-Nya bukan sesuai keinginan nafsu hamba-Nya. Kalau kita perhatikan apa yang terjadi di sekitar kita, banyak makhluk yang tidak kuat menanggung rezekinya karena begitu banyak berlimpah rezeki yang diterimanya”.


Anak-anakku sekalian,
Kembali kita bersyukur kepada Allah SWT yang tentunya kita tidak bisa menghitung segala nikta yang Allah SWT limpahkan kepada kita. Syukur yang tak ada habis habisnya. Kita bersyukur terus disepanjang hidup kita dan itulah hamba yang memang harus hanya bersyukur kepada Allah SWT.

Anak-anakku sekalian,
Kembali lagi bahwa kita ini manusia diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi ini dengan berbagai macam bentuk, sifat, karakter dan jenis dari manusia manusia di berbagai macam wilayah atau benua apapun. Yang kami maksud ialah bahwa manusia ini diciptakan oleh Allah SWT ke muka bumi ini yang disebut juga sebagai fii ahsani takwim (sebaik baik penciptaan) juga disebutkan pula bahwa setiap orang yang baru lahir itu juga fitrah posisinya. Fitrah disini maksudnya ialah membawa posisi dirinya, membawa kondisi dirinya, membawa nasib/ takdir dirinya yang telah ditetapakan Allah SWT artinya membawa takdir kehidupan yang ada pada dirinya membawa paket hidupnya yang telah ditetapkan Allah SWT. Apa paket hidup manusia? Bahwa manusia pada saat diciptakan oleh Allah SWT dan pada saat itu proses dalam kandungan/rahim seorang ibu baru melalui proses min sulalah mintin (saripati tanah) saat berumur 4 bulan dalam kandungan maka saat itu ketetpaan Allah SWT dinyatakan dimana malaikat meniupkan ruh dengan dibekali takdir kehidupan yaitu rizki, ajal, amal dan hidup menderita atau bahagia. Itulah yang disebut paket hidup.

Ternyata kita memang telah ditetaplakan oleh Allah SWT sesuai dengan kehendak-Nya bukan atas kehendak kita. Tidak ada manusia yang bisa merubah takdirnya kalau takdir itu telah ditetapan Allah SWT yang disebut takdir mubram atau takdir saat jaman azali. Kemudian ketetapan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT pada diri manusia seperti rizki, maka pada dasarnya tidak ada perubahan pada fitrah Allah SWT dan inilah yang disebut :

QS. Ar Ruum ayat 30 :
‎فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Fitrah Allah pada manusia itu pada penciptaan mahluk itu tidak ada perubahan. Jika Allah SWT sudah menetapkam maka sudah menjadi kepastian, tidak ada perubahan. Seperti rizki yang ditetapkan pada manusia, dimana manusia itu tidak mengetahui rizkinya dari Allah SWT berapa dan mengalir dari mana saja namun yang jelas manusia akan melihat dirinya usaha dan ikhtiar namun bukan berarti usaha dan ikhtiar manusia mengubah ketetapan rizki. Ketetapan rizki dari Allah SWT itu sudah utuh dan sudah ditetapkan oleh Allah SWT dari awal hingga akhir hidupnya. Tidak ada manusia yang terlunta lunta atau rizkinya tidak dicukupinya oleh Allah SWT. Allah SWT mencukupi rizki setiap hamba-Nya termasuk mahluk-Nya bahkan dalam al Quran dinyatakan bahwa betapa banyak bintang yang tidak kuat menanggung atau tidak kuat menanggung rizkinya karena memang berlimpah rizki itu. Tergantung pada sikap pandang kita. Kalau kita bisa memandang dengan baik dan benar atas rizki Allah SWT yang berlimpah pada diri kita tentu saja kita akan beda sikap pandang tersebut bahwa memang benar Allah SWT melimpahkan rizki yang akhirnya kita menjadi orang yang bersyukur kepada Allah SWT. Rizki yang berlimpah dari Allah SWT ke dalam diri kita mulai dari kandungan, rizkinya melalui ibunya dengan menutrisi ke dalam rahimnya. Ibunya meminum susu, memakan makanan yang bergizi sampai rizki itu akhirnya menutrisi janin yang dikandungnya. Sampai akhirnya berproses janin itu besar hingga 9 bulan dan lahirlah kita ke dunia. Setelah lahir ke dunia pun kiya telah disiapkan rizkinya dengan fasilitas yang begitu istimewa sesuai dengan derajat dan maqomnya tergantung pada ketetapan Allah SWT dimana kita dilahirkan dari keluarga miskin, menengah atau kaya raya itu semua kembali kepada ketetapan yang Allah SWT telah tetapkan. Oleh karenanya jangan kita terpesona oleh sesuatu yang lain namun kita kembali ke dalam diri kita masing masing. Renungkan baik baik, betapa rizki kita berlimpah saat masih kecil dimana kita cukup menangis saja kemudian diberi rizki oleh Allah SWT. Karena memang layaknya bayi dan anak balita cukup memberikan isyarat dengan menangis kemudian Allah SWT menyuruh ibu atau orang yang ada disekitarnya. Allah SWT menyuruh siapa saja untuk menolongnya dan memberi apa yang dibutuhkannya seperti seorang bayi yang lapar kemudian Allah SWT menyuruh orang disekitarnya untuk memberikan makan kepadanya. Jangan melihat secara lahiriah siapa yang memberikan tetapi lihatlah hakekat siapa yang memberikannya ialah Allah SWT.

Jadi Allah SWT yang memberikan rizki dari kecil sampai menjadi dewasa dan akhirnya mengerti prosesnya. Allah SWT memberikan rizki yang berlimpah. Jika kita renungkan baik baik jika rizki itu melalui proses perjalanan yang sangat panjang di dunia ini dimana kita dilahirkan kemudian rizki kita dialirkan melalui orang tua dibawah aqil baligh dimana orang tua berlimpah rizki karena ada rizki seorang anak dan Allah SWT memberikan kecerdasan, kesehatan sampai akhirnya dewasa kemudian mendapatkan pekerjaan dan berbagai macam fasilitas lain yang merupakan rizki pula sampai kita usia lanjut. Saat usia lanjutpun kita tetap diberikan rizki oleh Allah SWT dari siapapun terutama dari anak anaknya yang akhirnya kita dibatasi rizkinya yang disebut ajal. Dan insya Allah kita termasuk golongan orang orang yang bersyukur kepada Allah SWT dari awal hidup hingga menemui ajal.