KULTUM PENDAR HIKMAH

HAKIKAT ISRA' MI'RAJ

Oleh : CM. Hizboel Wathony
Jumat, 13 April 2018 / 26 Rajab 1439 Hijriyah

“Hakikat Isra' Mi'raj ialah kembali kepada perjalanan hidup kita di dunia yang gelap gulita dan hanya dengan Nur Allah kita bisa mendapat penerang untuk berjalan menuju kepada Allah. Dunia itu gelap dan yang memberi cahaya penerang itu hanya Allah, mintalah pada Allah ilmu sebagai obor perjalanan agar tidak tersesat di jalan”.

Anak-anakku sekalian,
Bulan ini adalah bulan rajab, salah satu diantara empat bulan yang disucikan Allah SWT ialah Rajab dan yang paling istimwa lagi di dalam bulan Rajab ternyata ada peritiwa spektauler dalam keistimewaan tersebut Allah SWT memperjalankan hamba-Nya dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha. Kemudian Allah SWT mengangkat dan menarik/menaikkan dengan istilah Mikraj. Beliau sampai ke sidratul muntaha bahkan samapai ke ‘arsy Allah/ke singgasana Allah SWT/ke mahligai Allah SWT. 

Anak-anakku semuanya,
Peristiwa yang spektakuler ini tercermin di dalam firman Allah SWT QS. Al Isra ayat 1 :

‎سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Anak-anakku semuanya,
Peristiwa spektakuler yang tercermin di dalam firman Allah SWT bahwa Allah SWT memperjalankan hamba-Nya di malam hari, di sana di terangkan yakni “لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى” pada malam hari dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha. Kemudian Allah SWT memberkahi/memberi keberhakan di sekelilingnya sepanjang perjalanan bahkan Allah SWT pun memperlihatkan tanda tanda kebesaran-Nya. Karena memang Dia, Allah SWT, Tuhan Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Peristiwa spektakuler ini banyak orang yang menceritakan sesuai caranya yang dengan persepsinya atau latar belakangnya. Ada yang terkadang seperti mendongeng, ada yang secara ilmiah, ada yang dengan berbagai macam cara dimana ia akan mengaplikasikannya dengan mengambil hikmah hikmah. Terlepas dari itu semua, saat itu Beliau sedang dirundung kesedihan karena ditinggalkan kekasih kekasihnya yang mendukung perjuangannya.

Anak-anakku semuanya,
Kita tidak akan membahas perjalanan Isra’ Mikrajnya namun bagaimana kita mengapllikasikan Isra’ Mikraj itu di dalam kehidupan sehari hari.

Anak-anakku semuanya,
Kita ini (adalah) seorang pejalan menuju kepada Allah SWT dimana kita hidup di dunia. Pecayalah bahwa pernyataan “dunia itu zulmah” yakni GELAP. Allah SWT memperjalankan hamba-Nya dimalam hari sama dengan kita juga sedang diperjalannkan Allah SWT dimalam hari yakni dikegelapan duniawiyah. Kegelapan dunia begitu banyak orang yang tersesat karena gelapnya dunia tetapi andai saja ada orang yang mau berjalan diatas titian ilahi robby yang dikehendaki perjalanannya dari masjidi Haram ke masjidil Aqsha yang berarti berjalan dari rumah Allah SWT. Sementara disebut baitullah di dalam diri kita ialah hati kita. Qolbu mukmin baitullah - Hati orang mukmin itu rumah Allah SWT. 

Kemudian dari hati kita turun dan jalan terus merambah sampai ke suku-suku bahkan disebut dengan 7 (tujuh) anggota sujud atau boleh disebut dengan istilah panca indra, seluruh organ tubuh kita. Maka perjalanan dari rumah Allah SWT sampai ke seluruh organ tubuh kita menjadi cermin kehidupan yang istimewa yang penuh dengan keberkahan dimana akhlaqul karimah muncul pada diri orang tersebut karena ia melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT di dalam dirinya. Tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang pailng istimewa ialah diri kita, organ tubuh kita, kesehatan kita, semua yang ada dalam tubuh kita termasuk akal kita. Kita harus mensyukurinya dimana semua itu adalah anugerah dari Allah SWT yang harus kita jaga dengan baik dan benar karena itu juga amanat dari Allah SWT. Betapa nikmat Allah SWT begitu besar di dalam diri kita. 

Hadis Qudsi :

‎كُنْتُ كَنْزًا مُخْفِيًّا فَأَحْبَبْتُ اَنْ اُعْرِفَ فَخَلَقْتُ   الْخَلْقَ    فَبِي    يَعْرِفُنِي

“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, karena Aku suka dikenal, maka Aku ciptakan mahluk, maka dengan-Ku ia mengenal-Ku”.

Allah SWT menciptakan kita dengan rasa suka dan cinta untuk dikenal sementara kita di dunia ini tugasnya ialah mengenal sang pencipta. Maka untuk mengenal sang pencipta berarti kita berjalan menuju kepada-Nya. Perjalanan kita menuju kepada Allah SWT di dunia ini sama dengan perjalanan kita di malam hari karena dunia itu gelap bahkan di dalam hadis lain disebutkan dunia itu laknat, siapapun yang ada di dunia ikut terlaknat kecuali bagi barang siapa yang ada di jalan Allah SWT. Begitu pula firman Allah SWT menjelaskan sangat detail sekali bahwa dunia itu perhiasan dan semua orang sangat cinta dan suka dengan dunia tetapi Allah SWT menjelaskan bahwa itu hanya kehidupan dunia belaka dan hanya kepada Allah SWT itulah kembali yang paling baik. 

‎زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran ayat 14)

Oleh karenanya dalam hikmah isra mikraj itu jadikan bahwa kita hidup di dunia yang gelap gulita, kita berjalan dengan nur Allah SWT yakni hidayah Allah SWT yang berarti berpijak pada al-Quran dan al Hadis, Insya Allah kita selamat. Namun jangan abaikan Ijma dan qiyas sebagai orang orang ahlus sunnah wal jama’ah. Semoga hikmah Isra’ Mikraj dapat dijadikan pegangan perjalanan hidup kita menuju kepada Allah SWT.