KULTUM PENDAR HIKMAH

HAKEKAT QURBAN

Oleh : CM. Hizboel Wathony
Ahad, 26 Agustus 2018 / 14 Dzul Hijjah 1439 Hijriyah

“Hakikat Qurban ialah pengabdian diri hanya kepada Allah dan menyerahkan apapun yang ada hanya untuk Allah, termasuk mengorbankan kesenangan nafsunya demi menunaikan panggilan Allah. Belum disebut kamu mempunyai kebaktian yang sempurna sehingga memberikan atau mengorbankan apa yang sangat kamu cintai hanya untuk Allah”.


Anak-anakku semuanya,

Sekarang kita ada di bulan suci yaitu bulan yang disucikan Allah SWT yang merupakan salah satu bulan yang disucikan Allah SWT.

Anak-anakku semuanya,

Bulan Dzul Hijjah adalah bulan yang disucikan Allah SWT karena di dalam bulan ini ada peristiwa yang spektakuler ialah peristiwa di zaman nabi Ibrahim as yaitu dimana beliau diperintahkan Allah SWT untuk berqurban dan yang menjadi qurban ialah anaknya. Secara logika, kalau kita renungkan baik-baik rasanya tidak masuk akal melihat perintah Allah SWT karena hanya dengan iman perintah Allah SWT itu bisa diterima dan diamalkan. Oleh karenanya yang dipanggil di dalam Al Quran ialah semua orang yang beriman bukan orang yang tidak beriman. Contoh kalau kita renungkan peritiwa yang terjadi pada zaman Nabi Ibrahim as yang pada awalnya Nabi Ibrahim as dengan anak yang masih dalam endangan yang setelah ditnggalkan sekian lama sekitar 25 tahun beliau datang dan kembali kepada siti Hajar, istrintya yang setia menunggunya dengan anak yang sudah dewasa yaitu Nabi Ismail as. Kemudian turun perintah Allah SWT bahwa Nabi Ibrahim as disuruh berqurban dan yang menjadi qurban ialah Nabi Ismail as yang merupakan anak semata wayangya dan yang sangat istimewa ialah Nabi Ismail as saat diberitahukan oleh ayahnya bahwa ia yang menjadi qurbannya lalu ia menyatakan “Insya Allah, engkau akan menemuiku sebagai orang orang yang sabar” artinya ia menerima bahwa ia menjadi qurban. Itulah awal mula perintah untuk berqurban. Intinya ialah bukan pelaksanaan qurbannya tetapi perintah Allah SWT yang dilaksanakan Nabi Ibrahim as dan hingga sekarang pun harus dilaksanakan karena telah disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Firman tentang qurban QS. Al Kautsar ayat 1-3 :

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ

Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Di surat tersebut dijelaskan sekali bahwa Kami, Allah, telah melimpahkan kenikmatan yang harus disyukuri oleh karenanya dirikanlah shalat dan berqurbanlah, dalam hal ini sembelih qurban.

Dalam ayat lain telah dinyatakan bahkan dibaca saat shalat :

‎إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. Al An’am ayat 162).

Hidup dan matiku milik Allah SWT dengan kata lain shalat dan qurban itu berkaitan erat satu dengan yang lainnya karena shalat disini ialah hubungan antara hamba dengan Allah SWT kemudian harus berqurban ialah mengqurbankan apa yang sangat dicintai.

Kemudian dalam ayat lain dijelaskan bahwa berquban boleh sebagiannya dimakan dan berikan kepada orang yang tidak memintanya atau membutuhkannya atau bahkan diberikan kepada orang yang membutuhkannya.

فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS. Al Hajj ayat 28)

Qurban itu bukan darah dan dagingnya yang sampai kepada Allah SWT tetapi taqwamu bukan qurban yang disebut daging dan darahnya. Jangan sampai keliru seperti ada orang-orang yang mengqurbankan untuk sesajen dengan menyembelih binatang dan darahnya dipersembahkan, itu salah besar. Jadi qurban itu intinya pengorbanan kita kepada Allah SWT, apakah kita mau mengorbankan yang kita cintai? Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang berqurban di jalan Allah SWT itu dengan harta dan dirimu itulah bentuk pengorbanan dalam bentuk harta dan diri kita. Ini yang harus dipahami. Jadi qurban tidak hanya sebatas penyembelihan hewan qurbannya tetapi intinya ialah hari dan jiwa kita menghadapnya kepada Allah SWT. Jadi kita tidak terjebak oleh ritual qurban yang hanya sebatas penyembelihan hewannya. Yang lebih dalam lagi ialah kita mampu menyembelih jiwa dan nafsu yang ada di dalam diri kita seperti di dalam diri kita ada nafsu binatang baik binatang buas maupun ternak dan itulah yang harus kita qurbankan maka dalam mengurbankan yang ada di dalam diri kita itulah yang istimewa karena itulah qurban yang sesungguhnya.