KULTUM PENDAR HIKMAH

SUM’AH

Oleh : CM. Hizboel Wathony
Senin, 21 Mei 2018 / 5 Ramadhan 1439 Hijriyah

“Sum'ah ialah sifat yang ada dalam diri manusia, yaitu orang yang menceritakan hasil ibadahnya terhadap orang lain dengan niatan agar dirinya dianggap sebagai orang ahli ibadah, dianggap orang alim dan dianggap sebagai orang yang saleh. Sangat disayangkan orang yang telah melaksanakan ibadahnya dengan ikhlas kemudian ternoda oleh sifat Sum'ah”. 

Anak-anakku semuanya,
Kembali kita bersyukur kepada Allah SWT ternyata kita masih bisa melalui dan menginjak hari kelima bulan Ramadhan tahun ini. Semoga saja kita selalu diberikan kekuatan sehat sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan benar.

Anak-anakku semuanya,
Yang harus kita waspadai di dalam ibadah terutama ibadah puasa ialah penyakit yang ada di dalam diri yang disebut SUM’AH. Apa itu sum’ah? Jika diartikan di dalam bahasa Indonesia sangat sullit untuk diharfiahkan dan didefiniskan. SUM’AH ialah orang yang dalam ibadahnya kemudian ia banyak menceritakan dari ibadahnya itu atas dasar niatan agar dianggap orang bahwa ia orang yang ahli ibadah, orang yang alim atau orang yang shaleh dan lain sebagainya. Sementara ia sudah melakukan ibadah dengan mengalir ikhlas dan mengalilr kepasrahan namun ibadah itu menjadi sirna dan runtuh pada saat ia ada hasrat mengungkapkan ibadahnya hanya karena ingin diketahui orang lain dan agar orang lain itu mengganggap dirinya selalu melakukan ibadah, orang soleh. Contonnya ialah kita melaksakan shalat malam kemudian pagi-pagi dia bercerita “aduh enaknya, nikmatnya shalat malam, kamu tidak suka shalat malam? saya sering shalat malam”. Nah, perkataan semacam itu apabila terbesit di dalam hati ada niatan ingin diagungkan, ingin dimuliakan shalatnya itulah yang disebut sum’ah. Berarti sum’ah ini juga berbahaya karena akan menodai ibadah yang sebenarnya sudah ikhlas, sudah murni, sudah baik. Banyak orang yang mengatakan “saya berpuasa”. Itu boleh dan memang harus pada saat ia diajak berantem atau diajak berbuat maksiat maka katakan “saya sedang berpuasa” itu diperkenankan dan itu boleh dan bukan sum’ah karena ada perintah dan ini khusus untuk puasa wajib. Namun untuk puasa sunnah berbeda karena tidak ada suruan mengatakan “aku sedang berpuasa”. Contoh, orang puasa sunnah lebih utama menghormati  tamu, suami daripada melakukan puasa sunnah. Sebagai contoh seorah istri sedang puasa sunnah dan apabila suami tidak menghendaki maka wajib membatalkan dan menjadi haram puasan. 

Jadi, sum’ah ini ialah orang-orang yang melaksanakan ibadah sunnah berlebihan, contoh shalat malam hari kemudian ia menceritakan (dengan niat) ingin supaya dianggap orang yang soleh, orang yang alim, itulah sum’ah. Namun jika niatnya ingin mengajak sebagai dakwah, sebut saja sebagai tahaduts bi nikmatillah (mengkhabarkan nikmat Allah SWT) dan tidak ada besitan lain dengan berverita semoha ia tertarik melaksanakan ibadahs hallat malam, pergi ke pengajian kemudian mendapatkan ilmu yang bermanfaat bahkan mengubah paradigma hidupnya akhirnya ia bercerita kepada temannya “saya senang sekali mengaji disana”. Akhirnya temannya ikut, itu lebih bermanfaat karena tidak ada terbesit ingin dianggap prang yang shaleh, namum lebih kepada dakwah. Dengan niatan dakwah maka tidak masuk pada kategori sum’ah.

Anak-anakku semuanya,
Selamat berbuka puasa, semoga kita gokongan orang yang diterima amal ibadahnya.