KULTUM PENDAR HIKMAH

SYIRIK, MENYEKUTUKAN ALLAH

Oleh : CM. Hizboel Wathony
Sabtu, 17 Maret 2018 / 30 Jumadits Tsani 1439 Hijriyah

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik (mempersekutukan sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh jauhnya (An-Nisaa ayat 116)”.

Anak-anakku semuanya,
Akidah yang paling berbahaya di dalam diri kita ialah akidah syirik. Syirik itu (artinya) menduakan Allah SWT. Arti menduakan Allah SWT ialah dimana seseorang menyembah sesuatu selain daripada Allah SWT. Syirik ialah lawanan daripada tauhid. Orang yang bertauhid tentunya tidak syirik. Dalam hal ini terutama dalam pengertian ilmu tauhid dan hakekat bahwa syirik itu terbagi dua. Ada yang disebut SYIRIK JALI dan adapula yang disebut SYIRIK KHOFI’. Syirik jali ialah syirik yang nyata, yang kelihatan. Contohnya seperti orang menyembah berhala, menyembah benda benda yang dianggap benda itu keramat. Itulah syirik yang kelihatan, yang nyata, yang bisa kita lihat. Terkadang bagi orang Islam yang tidak paham ialah syirik KHOFI (yaitu) syirik yang samar, yang tersembunyi, yang halus, yang ada di dalam diri kita ialah akidah. Apabila kita mengabdi kepada sesuatu selain Allah SWT bsa juga dikategorikan syirik. Kalau di dalam kitab kitab tasawuf kitab kitab tauhid, syirik itu ialah anggapan seseorang menyakini bahwa ada perbuatan yang keluar dari mahluk dan dikembalikan kepada mahluk, itu (lah) yang disebut syirik. Contohnya ialah apabila kita tahu ada orang pintar dan kita terpesona dengan orang pintar itu seolah-olah kepinteran orang itu muncul dari orang itu sendiri dan kita tidak ingat mengembalikan kepada Allah SWT bahwa itu anugerah dari Allah SWT. Itu yang menyebabkan akidahnya seseorang syirik yang akhirnya bisa jadi muncul pengkultusan atau ketakjuban kepada orang tersebut tidak mengembalikan kepada Allah SWT sementara di dalam akidah harus kita meyakini
 “innalillahi wa inna illaihi roji’un” sesungguhnya kami ini semua daripada Allah SWT dan kembali kepada Allah SWT. 

Memang syirik ini sangat halus sangat lembut dan apabila sudah berbicara syirik ini berbahaya sekali karena menyangkut akidah keimanan. Renungkan baik baik wahana anak anakku semuanya.  Firman Allah menyatakan  : 

‎إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ 

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. An Nisa’ ayat 48)

Dengan kata lain (syirik) tidak ada ampunananya dan tidak ada taubatnya. 

Memang syirik itu tidak untuk ditaubati melainkan direvolusi akidahnya karena syirik terkait dengan paradigma hidup. Jadi, untuk syirik bukan taubat melainkan merevolusi akidah yang ada di dalam diri, paradigma hidup kita, pandangan hidup kita bahwa hanya Allah SWT yang Esa. Tidak ada seumpamanya. Allah SWT yang Maha Besar, Allah SWT yang Maha Kuasa. Tidak ada selainnya. Andaipun ada di dunia ini keistimewaan (maka) harus dikembalikan kepada Allah SWT, itu yang harus dilakukan. 

Untuk merevolusi tentunya harus belajar ilmu tauhid dan hakekat. Jika tidak mengetahui dan mempelajari serta memahami apalagi mengamalkan ilmu tauhid dan hakekat yang dikhawatirkan seperti Imam Ghazali  (yang) menyatakan banyak orang orang yang mengekali dosa yaitu dosa syirik.

Semoga kita golongan orang orang yang dilepaskan dari akidah syirik menjadi akidah yang muwahid.